Dia memaparkan seperti produksi beras pada masa tanam (MT) I tahun 2021 sebesar 17,56 juta ton dan terdapat surplus overstock pada Januari 2020 sebesar 7,39 juta ton.
Sementara, Syahrul mengatakan jumlah konsumsi nasional 14,67 juta ton. Sehingga, akhir Juni 2021 kemarin menurutnya masih terdapat surplus beras sebanyak 10,29 juta ton.
”Dalam kondisi Covid-19 dan berbagai pembatasan, pangan kita terkendali dengan baik. Ini hampir setiap minggu dicek oleh Bapak Presiden,” jelasnya.
Syahrul menyebutkan alasanya berikutnya mengapa tidak perlu impor beras yakni masa tanam II 2021 (Kemarau basah) sudah dimulai dan panen pada pertengahan tahun berpotensi menambah stok pangan nasional.
Untuk itu, pihaknya telah menargetkan produksi beras pada MT II sebanyak 14,25 juta ton dengan surplus beras di awal Juli 10,29 juta ton.
Sementara, untuk konsumsi beras sebanyak 14,91 juta ton. Dengan demikian, dia memperkirakan terdapat surplus stok beras sebesar 9,63 juta ton pada akhir Desember 2021.
Tidak hanya itu, Syahrul menambahkan stok beras di Perum Bulog dalam bentuk cadangan beras pemerintah saat ini sebesar 1,37 juta ton dan stok beras komersial sebesar 13,969 ton.
Sedangkan untuk kebutuhan seperti penyaluran beras guna kepentingan stabilisasi harga, pasokan dan kebencanaan per bulan sebesar 80 ribu ton.
Makanya, jika melihat data tersebut, dia mengkalkulasi bahwa stok beras Indonesia masih bisa aman sampai dengan akhir tahun.