LINGKAR MADURA - Vihara Avalokiteshvara (Klenteng Kwan Im Kiong) Pamekasan merupakan salah satu dari 3 klenteng yang ada di Madura.
Vihara unik ini lokasinya terletak di Dusun Candi, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, tepatnya di sekitar Pantai Talang Siring.
Keunikan dari vihara ini adalah adanya pura Hindu dan langgar di dalam kompleks tempat ibadah Tridharma ini.
Sebab itulah, vihara ini memperoleh rekor MURI tahun 2009 sebagai Vihara terunik yang di dalamnya terdapat bangunan ibadah agama lain.
Baca Juga: Jangan Panik! Pemkab Pamekasan Sediakan Oksigen Gratis, Begini Cara Mendapatkannya
Baca Juga: Khawatir Ada Varian Baru Covid-19, RSUD Pamekasan Kirim Sampel Tes Usap ke RSUD Dr Soetomo Surabaya
Sejarah berdirinya Vihara Avalokitesvara
Awalnya klenteng ini adalah sebuah bangunan bercungkup dengan atap daun kelapa yang dibangun sekitar awal tahun 1900-an.
Bangunan ini digunakan untuk menampung temuan patung-patung dari kerajaan Majapahit yang dikirim untuk salah satu kerajaan di Pamekasan.
Sekitar tahun 1400 M, Kerajaan Jamburingin (Proppo-Pamekasan) berencana membuat candi di pusat kraton.
Baca Juga: Rumah Sakit Penuh, Pemkab Pamekasan Siapkan Sarana Khusus Persalinan Ibu Hamil
Majapahit sebagai induk penguasa wilayah Jamburingin membantu pembangunan Candi dengan mengirim beberapa arca (patung) pemujaan.
Patung-patung tersebut dikirim dengan kapal laut lewat Pelabuhan Talang yang berjarak kurang lebih 35 km dari Jamburingin.
Namun pengiriman ke lokasi Candi gagal karena angkutan rusak. Penguasa Jamburingin lantas memutuskan untuk membangun candi di sekitar Pelabuhan Talang.
Baca Juga: Cegah Penyebaran Virus Covid-19 di Tempat Ibadah, Pemkab Pamekasan Launching Masjid Tangguh Bencana
Saat Islam mulai menyebar di daerah Pamekasan menyebabkan pembangunan Candi di Pantai Talang pun tak kunjung terlaksana.
Patung-patung kiriman dari Majapahit ditinggalkan orang, terbengkalai dan perlahan lenyap tertimbun tanah
Hingga pada awal 1800-an patung-patung tersebut tidak sengaja ditemukan kembali oleh seorang petani ketika menggarap ladangnya.
Baca Juga: Tim Pemantau Tata Niaga Tembakau Pamekasan Temukan Banyak Pelanggaran di Gudang Pembelian
Pemerintah Hindia Belanda kemudian menugaskan Bupati Pamekasan saat itu, Raden Adullatif Palgunadi yang bergelar Panembahan Mangkuadiningrat I (1804-1842) untuk mengangkat dan memindahkan patung-patung tersebut ke Kadipaten Pamekasan.
Namun, karena keterbatasan sarana, patung-patung tersebut gagal lagi untuk diangkut. Akhirnya patung-patung tersebut tetap dibiarkan berada di tempat semula ketika ditemukan.
sekitar tahun 1900, sebuah keluarga keturunan Tionghoa membeli tanah yang mana patung-patung tersebut berada. Setelah dibersihkan, diketahui bahwa itu adalah patung-patung Buddhis aliran Mahayana versi Majapahit.
Baca Juga: 178 Mobil Sehat Disiapkan Pemkab Pamekasan Untuk Operasional Kesehatan MTQ XXIX Jatim
Patung-patung tersebut dikumpulkan dalam sebuah bangunan bercungkup dengan atap daun kelapa. Seiring waktu mulai dibenahi dan jadilah Vihara Avalokiteshvara (Kwan Im Kiong) Kelenteng Pamekasan sampai saat sekarang
Masterpiece di sini adalah patung Bodhisattwa Avalokiteshvara (Kwan Im Pho Sat) gaya Majapahit dengan ukuran tinggi 155 cm, tebal tengah 36 cm dan tebal bawah 59 cm. Kwan Im bermudra anjali ini diapit dua pendampingnya yang merupakan arca baru.
Baca Juga: 5 Link Twibbon Hari Jadi Kabupaten Pamekasan ke 490, Yuk Ramaikan!
Arca era Majapahit lain yang ditemukan di tempat ini adalah Tri Buddha (Sam Po Hud), yang di sini meliputi Buddha Amitabha, Buddha Amogasiddhi, dan Buddha Ratnasambhava. Semua arca terbuat dari batu hitam, namun sekarang diwarnai kuning keemasan.***