Dengan ketaatan seperti itu, seluruh ucapan, tindakan, perbuatan dan kegiatannya harus mencerminkan pribadinya sebagai seorang muslim yang baik berlandaskan pada tauhid.
Kedua, Kepercayaan
Seseorang yang di dalam hatinya telah tertanam kuat ketauhidan, pastilah memiliki kepercayaan yang tinggi kepada Allah SWT.
Percaya bahwa semua perbuatannya disaksikan oleh Allah SWT dan juga percaya bahwa segala sesuatu yang menimpanya telah ditakdirkan oleh Allah SWT.
Tidak semua yang tampak buruk di mata manusia juga buruk di mata Allah SWT ataupun sebaliknya, sebagaimana firman-Nya:
وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah SWT mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (Qs. al-Baqarah: 216)
Ketiga, Keseimbangan
Seorang muslim harus mampu menakar secara seimbang aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Beribadah secukupnya dan bermuamalah secukupnya, tidak timpang karena terlalu berlebih-lebihan dalam mengerjakan suatu hal.
Allah SWT sendiri tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan sebagaimana firman-Nya:
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” (Qs. al-A’Raaf: 31)