Teks Khutbah Jumat Bertema Istiqamah Dalam Ketaatan, Berikut Teks Secara Singkat dan Detail

- 28 Juli 2022, 11:47 WIB
Ilustrasi Khutbah Jumat
Ilustrasi Khutbah Jumat /Unsplash.com/Katerina Kerdi

Namun demikian, bukan berarti sudah tidak ada lagi kesempatan bagi dirinya untuk memperbaiki diri. Karena kesempatan bertobat tidaklah hanya di bulan Ramadhan. Bahkan selama ajal belum sampai ke tenggorokan, kesempatan masih terbuka lebar. Meskipun, bukan berarti pula seseorang boleh menunda-nundanya. Bahkan, semestinya dia segera melakukannya. Karena, kematian bisa datang dengan tiba-tiba dalam waktu yang tidak disangka-sangka. Dan seandainya seseorang mengetahui kapan datangnya kematian, maka harus dipahami pula bahwa tobat adalah pertolongan dan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga, tidak bisa seseorang memastikan bahwa dirinya pasti akan bertobat sebelum ajal mendatanginya. Bahkan Abu Thalib, paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, pada akhir hayatnya tidak bisa bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal, yang mengingatkannya adalah orang terbaik dari kalangan manusia, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberikan taufiq dan pertolongan-Nya, maka tidak akan ada seorang pun yang mampu memberikannya. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap orang segera bertobat dari seluruh dosanya. Sehingga dia akan mendapat ampunan dan menjadi orang yang tidak lagi memiliki dosa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُوْلاَئِكَ يَتُوبُ اللهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا {17} وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْئَانَ وَلاَالَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلاَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا {18}

Artinya    :“Sesungguhnya Allah hanyalah akan menerima tobat bagi orang-orang yang     mengerjakan kejahatan, karena ketidakhati-hatiannya dan kemudian mereka     bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang Allah terima tobatnya; dan Allah     Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari     orang-orang yang mengerjakan kejahatan, sehingga apabila datang ajal kepada     seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya     bertobat sekarang.’ Dan tidak (pula diterima tobat) orang-orang yang mati sedang     mereka di dalam kekafiran. Bagi mereka itu telah Kami siapkan siksa yang pedih.”     (QS. An - Nisa: 17-18).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Adapun orang yang telah memanfaatkan pertemuannya dengan Ramadhan untuk bertobat dan mengisinya dengan berbagai amal shalih, maka seharusnya dia bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memohon agar amalannya diterima serta memohon agar bisa istiqamah di atas amalan tersebut. Dan janganlah dirinya tertipu dengan banyaknya amalannya. Sehingga, dia menyangka bahwa dirinya termasuk orang-orang yang paling baik dan paling hebat. Bahkan, dia harus senantiasa memohon ampun dan beristigfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena seseorang tidak bisa memastikan apakah amalan yang sudah dia lakukan diterima atau tidak. Seandainya diterima pun, sesungguhnya belum bisa untuk membalas nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah ia terima. Karena, amalan yang dia lakukan benar-benar tidak bisa lepas dari pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka, sudah sepantasnya bagi dirinya untuk senantiasa tawadhu’ dan tidak merasa paling baik. Bahkan, semestinya dia memperbanyak menutup amalannya dengan beristigfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena, begitulah sifat-sifat orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang sudah beramal dengan sebaik-baiknya, namun masih merasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan kekurangan dirinya dalam beramal. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآءَاتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

Artinya    :“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati     yang takut (tidak akan diterima). (Mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan     kembali kepada Rabb mereka.” (QS. Al - Mu`minun: 60).

Hadirin jamaah sholat Jumat yang berbahagia,

Ketahuilah, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kita ibadahi di bulan Ramadhan adalah yang kita ibadahi pula di luar bulan tersebut. Begitu pula rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah terputus dan berhenti dengan berlalunya bulan Ramadhan. Maka, doa yang senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala di bulan tersebut janganlah kemudian kita tinggalkan di bulan berikutnya. Begitu pula membaca Alquran yang senantiasa kita lakukan di bulan Ramadhan, janganlah kita tinggalkan setelah berlalunya bulan tersebut. Bahkan, ibadah puasa pun semestinya tetap kita lakukan meskipun di luar bulan tersebut. Karena, masih sangat banyak puasa-puasa sunnah yang memiliki keutamaan yang besar bagi orang-orang yang menjalankannya. Begitu pula shalat malam, adalah amalan ibadah yang semestinya tidak berhenti dengan berlalunya bulan Ramadhan, meskipun dilakukan hanya dengan beberapa rakaat saja. Karena, menjaganya adalah salah satu sifat wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,

تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ

Halaman:

Editor: Machallafri Iskandar

Sumber: Khotbah Jumat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x