LINGKAR MADURA – Budaya Carok menunjukkan bahwa orang Madura memiliki keberanian dalam mengungkapkan ketidaksukaan dan dalam membela harga dirinya.
Kebanyakan dari orang Madura cenderung mengikuti kata hati mereka meskipun carok itu bisa memberikan dampak buruk bagi dirinya dan sekitarnya.
Bahkan orang Madura akan melakukan perlawanan yang nyata apabila tersinggung harga dirinya, termasuk dengan jalan kekerasan atau yang biasa disebut dengan carok atau bacok- membacok. Budaya carok yang ada di Madura sangat lekat dengan senjata celurit.
"Bukan hanya itu celurit yang dijadikan senjata oleh Pak Sakera, terus berkembang sampai saat ini. Dan celurit sendiri juga telah menjadi alat sebagai tradisi untuk mempertahankan harga diri. Dimana satu keluarga dengan keluarga lain menyelesaikan sebuah masalah dengan bacok-membacok" (Asal-usul Budaya Carok).
Baca Juga: Pelatih Madura United Siapkan Strategi Khusus Saat Melawan PSS Sleman di Pertandingan BRI Liga 1
Diketahui, orang Madura tidak segan-segan untuk memulai sebuah perkelahian apabila terdapat sesuatu yang dapat melukai harga diri mereka. Kebudayaan carok tersebut adalah dampak dari sejarah politik licik Belanda.
Sehingga sampai saat ini celurit yang identik dengan kebudayaan Madura memiliki citra yang buruk, bahkan masyarakat Madura tetap menjadikan celurit sebagai alat untuk mengatasi permasalahan.
Baca Juga: 13 Motif Batik Terpopuler di Indonesia, Batik Madura Jadi Salah Satunya
Hal itulah yang merupakan sebuah kebudayaan dari masyarakat setempat, yang berawal dari sastra lisan hingga menjadi sebuah budaya yang dilaksanakan bersama dalam suatu masyarakat.
Pernyataan “tradisi celurit sebagai alat untuk mempertahankan harga diri”. Sehingga, hal tersebut menggambarkan pencitraan orang Madura sebagai orang yang kasar dan gemar berkelahi.
Baca Juga: Begini Tradisi Pernikahan di Madura, Unik dan Sangat Diharapkan oleh Para Pengantin
Namun dibalik pencitraan yang kasar dan gemar berkelahi tersebut, tampak keberanian yang tertanam dalam jiwa orang Madura. Sikap terbuka dalam menunjukkan ketidaksukaan bahkan terhadap suatu hal termasuk bentuk jiwa keberaniannya.
Mereka akan berterus terang apabila terdapat suatu hal yang bersebrangan dengan persepsi mereka. Sehingga mereka lebih memiliki keberanian dalam menentukan sikap ketika merasa tersinggung, terutama jika berkaitan dengan harga diri dan keluarganya.***