LINGKAR MADURA- Belakangan viral video yang tersebar di berbagai sosial media aksi panic buying masyarakat saat memburu suatu merk susu di suatu swalayan.
Di berbagai platform seperti instagram atau twitter juga banyak netizen menyebutkan beberapa produk vitamin dan susu mulai sulit ditemukan di daerahnya.
Dilansir dari laman ANTARA, Psikolog Klinis Dewasa dari Universitas Indonesia (UI) Mega Tala Harimukhti menyebutkan bahwa orang-orang yang terlibat panic buying cenderung mudah cemas.
Kecemasan tersebut yang mendorong mereka menentukan suatu keputusan berdasarkan emosional yang akhirnya secara impulsif memunculkan panic buying.
"Ketika seseorang terbiasa mengambil keputusan secara emosional, akhirnya otak emosional dia bekerja sehingga sangat cepat. Tidak punya pertimbangan matang, sangat impulsif, sehingga saat melihat orang lain (baik itu foto maupun video) belanja barang tertentu yang banyak dia mulai panik," terangnya.
Pada kondisi tertentu, orang yang memiliki kecemasan berlebih cenderung akan mudah menerima hal-hal negatif. Tanpa disadari, sikap menghindari hal negatif justru mengarahkannya melakukan hal negatif.
Kondisi pandemi yang semakin hari semakin tidak menentu dan rasa stres akan terkontaminasi mendorong masyarakat bertindak preventif dan antisipatif. Belum adanya kepastian di masa mendatang memunculkan rasa menyerah dan seolah gagal berdamai dengan pandemi.