Penjelasan Nahdlatul Ulama Terkait Ibadah Puasa di Bulan Rajab, Simak Penjelasan Lengkapnya!

- 2 Desember 2021, 21:19 WIB
Nahdlatul Ulama (NU) Indonesia
Nahdlatul Ulama (NU) Indonesia /ANTARA

LINGKAR MADURA – Dalam sebuah pengajian, salah satu jamaah yang berasal dari Mojokerto bertanya terkait anjuran puasa di bulan Rajab.

Sepemahan beliau, puasa Rajab menjadi kontoversi karena tidak ada dalil yang menganjurkan untuk dilaksanakan.       

Mendengarkan pertanyaan tersebut, kemudian salah satu Ustadz dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) menjawabnya.

Pertama, yang perlu dipahami adalah bahwa segala sesuatu yang diamalkan oleh umat Islam harus memiliki dasar dalam agama, yaitu Al-Qur’an, hadits, ijmak.

Dari dasar tersebut, baru bisa diputuskan suatu amal ibadah tergolong kategori, sunah atau bid‘ah.

 Baca Juga: Niat Puasa Bulan Rajab, Transliterasi dan Terjemahannya

Baca Juga: Amalkan Amalan Ini Pada Hari Jumat Terakhir di Bulan Rajab, Keberkahan Akan Selalu Menyelimuti

Amalan sunnah adalah amalan yang memiliki dasar dalam agama Islam. Sedangkan amalan bid‘ah adalah amal yang tidak memiliki dasar dalam Islam.

Namun yang perlu diingat bahwa amalan sunah dan bid’ah yang dibahas di sini dipahami menurut definisi syariah, bukan secara bahasa yang cakupannya terlalu umum sehingga apapun dapat dikenakan label bid‘ah.

 Baca Juga: Amalan Ali Bin Abi Thalib Saat Malam Satu Bulan Rajab yang Harus Diamalkan oleh Umat Islam, Simak Selengkapnya

Hal ini disebutkan oleh ulama Madzhab Hanbali, Ibnu Rajab Al-Hanbali sebagai berikut:

 وقال الحافظ ابن رجب الحنبلي: والمرادُ بالبدعة: ما أحدث مما لا أصل له في الشريعة يَدُل عليه، أما ما كان له أصل من الشرع يدل عليه، فليس ببدعة شرعاً، وإن كان بدعة لغة.

Yang artinya : “Ibnu Rajab Al-Hanbali mengatakan, ‘Yang dimaksud bid‘ah sesat itu adalah perkara baru yang tidak ada sumber syariah sebagai dalilnya. Sedangkan perkara baru yang bersumber dari syariah sebagai dalilnya, tidak termasuk kategori bid‘ah menurut syara’/agama meskipun masuk kategori bid‘ah menurut bahasa,’” (Lihat Ibnu Rajab Al-Hanbali pada Syarah Shahih Bukhari).

 Baca Juga: Amalan Nabi Muhammad SAW Saat Memasuki Bulan Rajab, Umat Islam Wajib Tahu!

Terkait hadits Rasulullah SAW tentang bid‘ah, Guru Besar Hadits dan Ulumul Hadits Fakultas Syariah Universitas Damaskus Syekh Musthafa Diyeb Al-Bugha membuat catatan singkat berikut ini :

 من أحدث) اخترع (في أمرنا هذا) ديننا هذا وهو الإسلام (ما ليس فيه) مما لا يوجد في الكتاب أو السنة ولا يندرج تحت حكم فيهما أو يتعارض مع أحكامها وفي بعض النسخ (ما ليس منه) (فهو رد) باطل ومردود لا يعتد به

Yang artinya : “Siapa saja yang mengada-ada (membuat hal baru) di dalam urusan (agama) kami (agama Islam) yang bukan bersumber darinya (tidak terdapat dalam Al-Quran atau sunah, tidak berlindung di bawah payung hukum keduanya atau bertolak belakang dengan hukumnya), maka tertolak (batil, ditolak, tidak diperhitungkan),’ (Lihat Ta’liq Syekh Mushtofa Diyeb Al-Bugha pada Jamius Shahih Al-Bukhari, Daru Tauqin Najah, Cetakan Pertama 1422 H, Juz IX).

 Baca Juga: Apakah Pernah Rasulullah SAW Melaksanakan Puasa di Bulan Rajab? Simak Penjelasannya!

Kemudian muncul pertanyaan terkait puasa di Bulan Rajab. Secara lugas dan spesifik, tidak ada hadits yang bisa dipertanggungjawabkan menyebutkan anjuran untuk mengamalkan puasa sunah Rajab.

Namun yang perlu diingat, belum ada dalam dalil Al-Qur’an, hadits dan ijmak yang larangan untuk berpuasa di bulan Rajab. Artinya, puasa sunah di bulan Rajab tidak bisa dikatakan bid‘ah.

 Baca Juga: Kiai NU Sumenep Minta Masyarakat Indonesia Ikhtiar Lahir dan Batin Hadapi Pandemi Covid-19

Hal ini disebutkan oleh Imam An-Nawawi, ulama dari kalangan Syafi’iyah yang juga pakar hadits, berikut ini:

تنبيه) قال في كتاب الصراط المستقيم: لم يثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم في فضل رجب إلا خبر كان إذا دخل رجب قال: اللهم بارك لنا في رجب ولم يثبت غيره بل عامة الأحاديث المأثورة فيه عن النبي صلى الله عليه وسلم كذب وقال النووي: لم يثبت في صوم رجب ندب ولا نهي بعينه ولكن أصل الصوم مندوب

Yang artinya : “(Peringatan) di Kitab Shiratul Mustaqim disebutkan, tidak ada riwayat yang tetap terkait keutamaan puasa Rajab dari Nabi Muhammad SAW kecuali hadits, ‘Jika masuk bulan Rajab, Rasulullah berdoa, ‘Ya Allah, berkatilah kami pada Bulan Rajab.’ Tidak ada riwayat selain ini. Bahkan hadits Rasulullah SAW terkait keutamaan Rajab umumnya dusta.’ Imam An-Nawawi  mengatakan, tidak ada riwayat perihal puasa Rajab yang berisi anjuran dan larangan secara spesifik. Tetapi ibadah puasa pada prinsipnya dianjurkan dalam agama,” (Lihat Abdur Rauf Al-Munawi, Faidhul Qadir bi Syarhi Jami‘is Saghir, [Beirut, Darul Makrifah, 1972 M/1391 H], cetakan kedua, juz IV, halaman 18).

 Baca Juga: PBNU Putuskan Muktamar ke-34 NU Digelar 23-25 Desember 2021

Dari keterangan Imam An-Nawawi ini, dapat disimpulkan bahwa agama Islam menganjurkan secara umum ibadah puasa di bulan dan hari apa saja kecuali hari-hari yang dilarang untuk berpuasa, seperti pada dua hari raya Id, hari tasyrik (11, 12,13 Dzulhijjah).

Yang artinya, bulan Rajab termasuk bulan di mana kita dianjurkan untuk berpuasa. Meskipun tidak ada dalil secara rinci, dalil umum menganjurkan umat Islam untuk melaksanakan puasa sunah Rajab.

 Baca Juga: Sekjen PBNU: Kemenag Bukan Hadiah untuk NU Saja, Namun untuk Semua Umat

Adapun perbedaan pendapat harus disikapi dengan bijaksana. Setiap pihak tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada yang berbeda pendapat. Karena dalam Islam, perbedaan itu adalah rahmat.***

 

Editor: Machallafri Iskandar

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x