VIRAL Video Mayat Bergelimpangan di Kota Bucha Ukraina, Rusia Klaim Itu Informasi Palsu

4 April 2022, 21:39 WIB
Mayat warga sipil, yang menurut penduduk Kyiv dan sekitarnya dibunuh oleh tentara Rusia, tergeletak di halaman sebuah rumah saat invasi Rusia ke Ukraina tepatnya di Bucha pada 2 April 2022. /Zohra Bensemra/Reuters

LINGKAR MADURA – Beberapa hari ini viral video yang menampilkan ratusan mayat bergelimpangan di jalanan kota Bucha, Ukraina. Wali kota Bucha mengatakan bahwa setidaknya terdapat sekitar 300 warga sipil yang telah tewas selama invasi Rusia.

Beberapa mayat dikubur secara massal di halaman sebuah gereja dan beberapa lagi masih bergelimpangan di jalanan. Setelah penemuan mayat tersebut, pihak Ukraina mengatakan bahwa Rusia telah melakukan pembantaian massal di wilayah Bucha.

“Kami warga negara Ukraina dan kami tidak ingin tunduk pada kebijakan Federasi Rusia. Ini alasan kami ingin dihancurkan dan dimusnahkan” ungkap Volodymyr Zelenskiy selaku Presiden Ukraina.

Baca Juga: Kondisi Terkini Roman Abramovich, Anggota Negosiator Rusia - Ukraina yang Diduga Diracun

Menanggapi tuduhan pembantaian massal di Ukraina, Pihak Rusia menyampaikan bahwasanya video serta foto-foto mayat di jalanan Ukraina adalah informasi palsu yang dibuat untuk provokasi dan propaganda.

Menindak lanjuti hal tersebut, Kementrian Pertahanan Rusia kembali mengingatkan sebuah contoh kasus serangan di rumah sakit bersalin Mariupol yang disebarkan pihak berwenang Ukraina sebagai sebuah kebohongan dan propaganda.

“Tidak ada satupun warga sipil yang menghadapi tindakan kekerasan oleh militer Rusia di Bucha” ungkap Menteri Pertahanan Rusia seperti yang dikutip dari PikiranRakyat.Com.

Baca Juga: Ukraina bisa Porak Poranda Jika Senjata Malka Self Propelled Diluncurkan Rusia, Seperti apa? 

Rusia berusaha untuk menekankan bahwa tidak ada satupun warga sipil yang terluka ketika Bucha berada dibawah kendalinya.

Berbeda hal dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Ukraina yang menuduh Rusia melakukan kejahatan dan pembantaian Bucha sehingga meminta ICC untuk segara mengumpulkan bukti.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dymtro Kuleba bahkan menuduh Rusia lebih buruk dari ISIS.

Baca Juga: Amerika Serikat akan Luncurkan Nuklir ke Rusia: Khayalan Donald Trump jika Masih Menjabat Menjadi Presiden

“Mayat tergeletak di jalanan. Mereka membunuh warga sipil saat tinggal disana dan ketika mereka meninggalkan desa dan kota ini” ungkap Dymtro Kuleba.

Tidak ambil diam, Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat juga angkat bicara terkait tuduhan pembunuhan massal tersebut.

Anatoly Antonov mengatakan bahwa dirinya dengan penuh tanggung jawab menekankan tidak ada satupun warga sipil yang menderita akibat kekerasan ketika Bucha dikendalikan oleh angkatan bersenjata Rusia.

Baca Juga: Perang Dunia Ketiga akan Berlangsung jika NATO Terlibat dalam Konflik antara Rusia dann Ukraina: Uni Eropa

“Sebaliknya pasukan kami (Rusia) mengirimkan 452 ton bantuan kemanusiaan untuk warga sipil” ungkap Dubes Rusia untuk Amerika tersebut.

Pada kenyataannya Rusia tercatat sudah meninggalkan kota dan menarik pasukannya pada tanggal 30 Maret 2022. Wali Kota Bucha Mengatakan Tidak Ada Tentara Rusia di kota tersebut.

Anatoly Fedoruk selaku Wali Kota Bucha mengungkapkan hal tersebut dalam sebuah pesan video.

Baca Juga: Sniper 'Wali' Asal Kanada Gabung Ukraina Untuk Melawan Rusia: Saya Ingin Membantu

Lebih lanjut Anatoly Fedoruk dengan cukup jelas menceritakan bahwa setelah wilayah tersebut dikuasai, masyarakatnya dalam keadaan normal. Hal ini dilaporkan oleh media arus utama serta media sosial resmi otoritas lokal Ukraina.

Dilansir dari PikiranRakyat.com video yang menampilkan mayat-mayat di jalanan Bucha memang memiliki beberapa kejanggalan.

Kejanggalan tersebut seperti darah yang masih segar sampai mengotori jalanan atau mayat yang tidak nampak kaku ketika di evakuasi padahal sudah 4 hari tergeletak, terdapat video tangan mayat bergerak serta adanya dugaan skenario perebutan simpati.***

Editor: Erik Okta Nurdiansyah

Tags

Terkini

Terpopuler