LINGKAR MADURA – Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI menandatangani kontrak atau Letter of Intent (LoI) dengan perusahaan Airbus Defence and Space untuk pemesanan dua pesawat Airbus A400M.
Penandatangan surat perjanjian yang mengikat secara hukum antara Kemhan RI dengan perusahaan dirgantara asal Jerman ini dilakukan di sela-sela Dubai Airshow 2021 di Uni Emirat Arab (UEA).
Disebutkan bahwa kontrak untuk pemesanan dua pesawat Airbus A400M ini akan berlaku efektif pada tahun 2022 yang mencakup paket dukungan pemeliharaan, pelatihan lengkap serta akuisisi empat pesawat Airbus A400M lainnya di masa mendatang.
Baca Juga: Presiden Jokowi Lantik Jenderal Andika Perkasa Sebagai Panglima TNI
Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengungkapkan penandatangan kontrak untuk pemesanan dua pesawat Airbus A400M ini sangat penting sebagai aset nasional.
Dia mengatakan pesawat transpor militer bermesin empat turboprop ini nantinya akan digunakan TNI Angkatan Udara (AU) dalam konfigurasi multirole tanker dan transport.
Pesawat Airbus A400M ini, kata dia, merupakan pesawat yang multi-peran dan dapat meningkatkan kemampuan taktis udara ke udara TNI AU dalam menjalankan berbagai misi.
Baca Juga: Tegas! Menlu Retno Marsudi Tolak Diskriminasi Vaksin di Sejumlah Negara
Dia mencontohkan pesawat ini dapat digunakan TNI AU dalam misi penting seperti bantuan kemanusiaan dan tanggap darurat bencana, termasuk juga terjun payung serta transportasi kargo berat.
”Pesawat Airbus A400M ini akan menjadi aset nasional dan sangat berperan penting untuk misi bantuan kemanusiaan dan tanggap bencana,” kata dia dalam keterangan resminya dikutip Lingkar Madura, Kamis, 18 November 2021.
Sebagai informasi, pesawat Airbus A400M ini pernah beberapa kali dipamerkan oleh Airbus Defence and Space di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta pada Maret 2017 dan Agustus 2018.
Pesawat Airbus A400M milik AU Perancis juga pernah digunakan untuk mengirim bantuan ke Lombok saat terjadi bencana gempa bumi pada Agustus 2018 dan milik AU Malaysia digunakan untuk membantu gempa dan tsunami di Palu pada Oktober 2018.***