Dalam tradisi tersebut, para peserta akan berjalan atau topo, mengelilingi benteng keraton Yogyakarta. Mubeng memiliki arti keliling, sedangkan beteng artinya benteng.
Ketika keliling itu, mereka akan menahan diri untuk tidak bicara sambil memanjatkan doa. Larangan tidak berbicara atau bisu ini dimaksudkan agar tetap khusyuk memanjatkan doa.
Acara ini tidak hanya diikuti oleh abdi dalem (orang-orang yang mengabdikan diri kepada sultan dan keraton), tapi juga masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.
Acara Tradisi di Yogyakarta ini identik dengan membawa keris dan benda pusaka sebagai iring-iringan.
Tradisi ini menitikberatkan kepada ketentraman batin dan keselamatan.
Ritual Ruwatan (ritual pembersihan)
Baca Juga: Lirik Lagu Tak Ingin Usai Keisya Levronka 12 Besar Indonesian Idol Lengkap
Orang-orang yang melakukan ritual ruwatan diyakini akan terbebas dari kekotoran atau kesialan.
Ada kriteria bagi mereka yang harus diruwat antara lain, putra-putri tunggal, sepasang putra-putri, satu putra yang diapit dua putri, maupun orang-orang secara weton atau perhitungan hari baik dan buruk dalam tradisi jawa berdasarkan waktu kelahiran yang tidak baik.
Mereka yang lahir di hari atau waktu tidak baik, konon merupakan mangsa empuk bagi Bhatara Kala, yaitu simbol kejahatan dalam pewayangan yang seringkali membawa kesialan atau celaka.