LINGKAR MADURA - Hati-hati jika suami pelit pada istrinya, bisa-bisa duit ratusan juta raib! Bukannya memberi istri, uang di dompetnya malah melayang.
Suatu hari seorang istri meminta duit pada suaminya untuk membeli beras.
"Bang, beras habis," keluh sang istri. Bang Syafiq hanya berdehem pelan.
"Berapa harga beras?"
"Sekarung tiga ratus enam puluh ribu perak, Bang."
Syafiq merogoh kantong belakang mengeluarkan uang lima puluh ribu sebanyak enam lembar diantara uang berwarna merah.
"Kurangnya tambahin pakai uang simpananmu. Masih banyak, kan?" kata Syafiq.
Istrinya hanya tersenyum getir. Namun butir-butir kristal memaksa menyeruak.
Sang Istri mengambil uang dari bang Syafiq lalu berbalik sambil menghapus air mata yang mulai mengalir.
Hanya karena ketahuan, sekali istrinya masih punya simpanan uang, Syafiq bertindak keterlaluan.
Nafkah uang dapur dikasihkan seperlunya saja. Tak dilebihkan dari harga belanjaan.
Sang istri terkadang ingin menolak uang yang Syafiq berikan. Tapi kebutuhan mendesak membuatnya terpaksa membuang ego jauh.
Tak jarang si Istri menangis. Sebab Syafiq bukan kekurangan uang, di dompetnya selalu tebal, ada uang berwarna merah dan biru.
Bahkan ada mata uang asing. Tapi tak menjadikan sang istri, memiliki hal yang sama. Atau setidaknya berapa persen untuk istri.
Jika kalian melihat isi istri Bang Syafiq, kalian pasti akan tertawa. Kontras sekali, bagaimana mungkin istri seorang kontraktor bertender proyek miliaran rupiah di dompetnya hanya ada uang berwarna merah selembar. Tidak lebih dari itu.
Sang istri bukannya tak pernah protes, namun Syafiq selalu menyanggahnya.
"Uang itu harus ditekan pengeluarannya. Bahkan harus disimpan kalau ada lebih!" katanya.
Syafiq tak punya pikiran bijaksana, istrinya yang dua puluh empat jam berkutat di rumah seharusnya pantas memiliki uang simpanan yang pantas sekedar untuk pegangan misalnya.
Syafiq selalu mengulang-ulang kalimat,"Keperluan kamu sudah aku belikan, tas, sepatu, baju bahkan daily skincare pun lengkap. Apa masih kurang?"
Sang istri kini lebih banyak memilih diam, sebab percuma mendebat Syafiq. Ibarat kerajaan, istrinya hanya rakyat, sedangkan Syafiq rajanya. Seribu kali pun rakyat berteriak minta keadilan, tak akan didengar oleh sang raja.***