Hujan Meteor Akan Menghiasi Langit Indonesia, LAPAN: Bisa Dilihat Tanpa Alat Khusus

- 12 Agustus 2022, 09:18 WIB
LAPAN RI
LAPAN RI /

 

LINGKAR MADURA - Wilayah seluruh Nusantara bakalan melihat pemandangan hujan meteor perseid, mulai 12-13 Agustus 2022 malam.

Puncak hujan Meteor Perseid sebenarnya akan terjadi sejak tanggal 12 Agustus 2022, namun ini terjadi tengah malam maka sudah masuk tanggal 13 Agustus 2022.

Hujan Meteor Perseid merupakan hujan meteor terkuat yang terjadi kisaran tanggal 14 Juli hingga 1 September.

Andi Pangerang, Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, "Hujan meteor Perseid dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia. "Ujarnya dikutip Lingkarmadura.com dari akun resmi Instagram @LAPAN_ri. Kamis 11 Agustus 2022.

Baca Juga: Fenomena Hujan Meteor pada Tanggal 29, 30, 31Juli 2022: Inilah Waktu, Cara Melihat dan Dampaknya, Menurut BRIN

Dalam keterangannya, hujan meteor Perseid terjadi pukul 11 malam di Sabang (atau yang selintang) dan 1 dini hari di Pulau Rote.

Hujan meteor Perseid bakal terjadi hingga 25 menit sebelum matahari terbit, sehingga masyarakat yang penasaran bisa menyaksikan secara langsung.

Selain itu, ketinggian maksimum hujan meteor Perseid berada di titik radiant, khusus di Indonesia bervariasi.

Antara 20,9 derajat di Pulau Rote sampai 37,89 derajat untuk wilayah Sabang.

Untuk menyaksikan fenomena hujan meteor Perseid tidak perlu alat khusus, asal cuaca di daerah Anda cerah dan bebas dari cahaya.

Terlebih jika di tempat tinggal Anda sangat terang layaknya ibu kota, maka kesempatan menyaksikan hujan meteor Perseid tidak terlihat.

Baca Juga: Apakah Hujan Meteor Bootid Berbahaya dan Apa Dampaknya Bagi Bumi? Akan Terjadi Tanggal 27 Juni 2022

Kecuali Anda menggunakan alat khusus untuk menyaksikan fenomena hujan meteor Perseid ini.

Karena ini merupakan momentum yang sangat langka terjadi, maka sangat disayangkan jika terlewatkan.

"Pastikan cuaca saat pengamatan cerah, bebas dari penghalang di sekitar medan pandang, dan bebas dari polusi cahaya," jelasnya.

Hal ini karena tutupan awan dan skala Bortle, berbanding terbalik dengan intensitas meteor.

Halaman:

Editor: Machallafri Iskandar

Sumber: LAPAN


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x